Note ini saya tulis bukan untuk menyaingi booming film “Ketika Cinta Bertasbih”. Saya tentu tak sebanding dengan Kang Abib.
Note ini saya tulis di atas kegelisahan saya akan sebuah rasa. CINTA.

Gelisah yang saya rasakan bukanlah gelisah yang biasa. Gelisah ini membuat raga saya limbung, dan jiwa saya linglung.
Seperti seorang penari balet, cinta ini gemulai, lentur dan indah.
Cinta memang saya analogikan seperti menari balet, . . Anda tak setuju, itu terserah anda. Saya hanya menulis apa yang saya rasa.

Bisa menari balet adalah salah satu impian saya sejak kecil. Tapi, sampai sekarang pun tetap seperti itu. Tanpa tindakan dan hanya impian. Telat, pasti. Karena saya tidak pernah memulai untuk belajar. Entah ini yang namanya jodoh, saya “dipersunting” oleh sebuah kekuatan penari balet. CINTA.
Suatu kebetulan tentu saja tidak pernah ada dalam keyakinan diri saya. Dalam hal ini, saya berharap anda sependapat dengan saya. Sedikit memaksa memang. Tapi, tak ada salahnya untuk mencoba percaya, kan?

Menari balet bagaikan mengucap rangkaian puisi indah. Menurut kacamata saya, hal itu begitu sempurna. Kesempurnaan yang relatif tentu saja. Karena, kesempurnaan yang absolut hanya ada di atas langit, dan bukan di bumi. Memahami hal ini saya kembali berpikir tentang CINTA.
Indah, karena menjadi anugerah agar selalu dijaga. Indah, karena menjadi titipan agar selalu diberi makna. Indah, karena CINTA adalah KAMU. Ya, KAMU……

[I’m a dancer. Dancing with my heart. Dancing with you….]

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.