Ada satu band yang membuat saya panas dingin. Bukan, bukan karena musikalitas mereka atau karena jam terbang mereka yang melampaui usia. Tapi karena mereka punya kenangan dalam hidup saya.

[Bercerita dari awal….]

Benci. Itu yang awalnya saya rasakan. Penilaian yang cukup tajam memang, dari seorang awam akan musik seperti saya. Cepat, lambat, berisik. Hanya itu yang bisa saya simpulkan. Saya heran, bagaimana bisa lelaki di sebelah saya, DIA, begitu menikmatinya.
Berbekal keinginan untuk tidak pergi, saya diam, pura-pura ikut menikmati. Protes kecil sempat terlontar, tapi demi hati yang sudah lelah mencari lagi, saya tersenyum untuk DIA.
……………
Dream Theater, datang dan pergi, lewat telinga kanan lalu hilang dari telinga kiri. Begitu terus, dan tidak pernah mendapat simpati. Tapi, DIA tetap menggemari.

Bisa sial kalau seperti ini terus.

…………..
Bumi berputar, laut pasang dan surut. Saya pergi, jauh dari sekotak kamar sang penggemar Dream Theater. Sempat mati rasa, buat apa menyisa rindu. Toh, tak ada sedikit rasa.

Sehari… Dua hari… Masih tahan….
Seminggu… Dua minggu…. Ada gejolak dalam hati….

Rindu. Menelusup diam-diam, tertawa dan menjajah hati. Aneh, benar-benar aneh. Tak ada rasa, tapi kenapa ada rindu?

Jawaban yang kemudian saya dapat adalah
Dream Theater itu kenangan. Kenangan saat mengenal DIA, kenangan ketika duduk di sebelah DIA, kenangan ketika ada derai tawa bersama DIA.

Ya… Ya… Ya….
Hanya karena DIA.

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.